(crito
ngalor ngidul)
PELESIR
KELUARGA YANG DIRINDUKAN
Keceriaan tampak pada anak-anak yang akan berangkat wisata ke
Yogyakarta 23/12/2007, mereka pada berjalan kesana
kemari sambil tertawa ria menunggu persiapan untuk berangkat di depan
KPPN. Mereka memperhatikan peserta wisata yang sibuk menata tas
besar-besar dan barang bawaan lainya tak terkecuali orang tua mereka
sendiri. Sesekali panitia dan kru dari biro perjalanan wisata saling
berkoordinasi untuk suksesnya wisata.
Suasana mendung dan sesekali hujan rintik-rintik mengawali
keberangkatan rombongan KPPN Bojonegoro yang start ±jam 07.10 wib menuju
tempat wisata Yogyakarya, diawali doa di dalam bus secara spontanitas
oleh ustadz Slamet. Sepanjang jalan Bojonegoro - Ngraho bergelombang
sehingga membuat kurang nyaman di dalam bus, bisa membuat mual di perut
dan pusing kepala. Itulah bukti pembangunan di Bojonegoro yang selama
lima tahun terakhir jalan ditempat tapi uang diserap. Semoga lima tahun
ke depan (2008-2013) sudah bagus. Maaf tidak promosi. Tapi lumayan bisa
membuat sebagian peserta tidak ngantuk, soalnya yang sebagian peserta
duduk di bus langsung tertidur (ngalih turu).
Beriringan tiga bus melewati jalan berkelok-kelok sepanjang Ngraho
Ngawi yang pemandangannya lumayan mengasyikkan. Bisa membuat fresh
pikiran melepaskan rutinitas di kantor, yang sejak berdiri 1982 s.d.
2007 (25 tahun) baru dua kali ada wisata bersama keluarga yang
diselenggarakan secara resmi oleh kantor. Ini pemecah rekor bila
dibanding dengan kantor-kantor di Bojonegoro yang sering mengadakan
rekreasi bersama. Kacian dech lu.
Kembali ke suasana perjalanan Ngraho Ngawi, banyak pemandangan khas
pedesaan, pak tani sudah pada beraktivitas di ladang, meskipun gerimis.
Mereka giat mencangkul, ada juga yang di bantu sapi untuk membajak sawah
yang sekeliling persawahan kelihatan tanaman hijau.
Disepanjang jalan dan halaman rumah berserakan dangkel jati (djanggleng
?), souvenir-souvenir jati yang siap dijual. Memang Ngraho banyak kayu
jati, tapi kita harus prihatin karena yang menguasai kayu jati hanya
orang beruit dan penguasa. Banyak rumah di dekat hutan jati tapi
rumahnya hanya dari kulit jati (gelam) dan kulit bambu, kontras memang.
Jam 09.00 wib rombongan tiba di Rumah Makan PJ II yang letaknya
beberapa kilo meter ke barat dari kota Ngawi,
mengambil nasi kotak untuk makan siang. Perjalanan dilanjutkan dalam
suasana masih mendung dan sampai di Sragen ±10.30 wib. Bus terus
berjalan melewati Solo, Klaten, Prambanan, Jogja dan pada jam 14.00 tiba
di pantai Parangtristis.
Parangtritis
Masih ingat gempa Jogja ? Sepanjang perjalanan Jogja Parangtritis masih
bisa dilihat sisa-sisa bangunan korban gempa. Ada
bangunan masih terlihat ambruk belum dibetulkan dan banyak bangunan yang
retak-retak dan hanya ditambal semen saja.
Pantainya luas dan yang sebagian pantai dibatasi dengan tebing yang
menjulang. Ombak bergulung-gulung menyambut para wisatawan di pantai
Parangtritis, anak kecil sampai orang dewasa banyak yang bermain air
laut diiringi canda ria menanti datangnya ombak yang akan menerpa badan
mereka. Bagi yang tidak ingin bermain air bisa naik kuda dan dokar yang
rutenya sepanjang pantai. Kesempatan bagi yang tak sempat naik dokar
dikampung. Tak terkecuali si Memet sejak datang sampai semua rombongan
meninggalkan pantai masih bermain air, seluruh celananya basah dan
sepertinya tidak tega meninggalkan pantai.
Tambah sore ombak juga tambah besar sehingga pengunjung yang
berenang jauh dari pantai mulai dihalau oleh tim SAR yang selalu
memantau perkembangan air laut.
Lelah bermain air dan berenang bagi yang dahaga, bisa minum es
degan yang disajikan langsung dalam tempurung di kedai yang dijajakan
sepanjang pantai. Jam 17.00 perjalanan dilanjutkan ke
kota
Yogyakarta dan tiba di hotel jam 18.30
Becak
Wisata yang menyesatkan.
Di depan hotel banyak becak wisata yang sudah menanti. Tanpa
menghiraukan tujuan dan tanpa menanyakan tujuan calon penumpang mereka
menawarkan harga, “tarip seperti temannya tadi”, lha teman tadi taripnya
berapa ? Wach bingung.
Ke Malioboro pak. Becak mulai di onthel menyusuri jalan-jalan
dikota Jogja, sampai di dagadu dan batik (kaget, kok kesini, ya mungkin
malioboro nanti) selesai belanja dipaksa dan dirayu untuk ke bakpia
pathok. Padahal tiga tempat tersebut bukan tujuan, tapi tujuan utamanya
ke Malioboro. Karena belum tahu rute ke Malioboro, ya nurut saja.
Mungkin tukang becak di Jogja sudah kompromi dengan toko-toko tersebut.
Apa itu Malioboro ?
Tiba di area Malioboro ± jam 20.30 wib dengan jalan kaki, dengan tujuan
ingin membuktikan artikel-artikel di media massa
tentang Malioboro yang beraktivitas dua puluh empat jam dan segala
kebutuhan ada. Tengok kiri kanan mana kelebihan Malioboro, ternyata PKL
dan pedagang lesehan baru mulai buka dasaran di depan dan di emperan
toko dan mungkin jam sepuluh malam pedagangnya baru lengkap. Mulai
pedagang souvenir yang bermodal lima puluh ribu rupiah sampai ratusan
ribu rupiah ada disitu. Macam-macam yang dijajakan, mulai tali gelang,
kacamata, tempat hp, sego liwet, wedang ronde, gudek, brem, batik dan
lain-lain. Yang pasti sebenarnya tidak beda jauh dengan PKL ditempat
lain.
Paginya (24/12/2007)
Di hotel juga tersedia kolam renang, sehingga bangun tidur yang
senang renang bisa langsung berenang di kolam depan kamar. Jam setengah
tujuh sarapan pagi berupa nasi goreng + ceplok yang disediakan hotel
sudah siap untuk di santap, jadi cocok bagi yang selesai renang.
Kota Gede dan Kraton
Jam 08.00 keluar hotel menuju ke Kota Gede untuk mengunjungi Galeri
Kerajinan Perak di Tom’s Silver. Tom’s Silver ternyata tidak sesuai
namanya yang khusus perak. Ternyata 40% produk bahan perak dan yang 60%
produk dari bahan kulit hewan, salah satunya wayang kulit. Produk dari
bahan kayu terdiri dari patung, wayang golek dll. Tapi harga barangnya
mahal-mahal.
Untuk di lokasi kraton terdiri dari bermcam-macam bangunan
bersejarah, salah satunya rumah angker yang tidak dibuka untuk umum.
Konon ceritanya rumah tersebut khusus digunakan raja untuk menjamu teman,
tamu-tamu belanda pada jaman penjajahan untuk bermabuk-mabukan (menenggak
minuman keras).
Kandang macan
Masih disekitar kraton Jogja. Inilah yang sangat memprihatinkan,
penyedia jasa tempat sholat dekat parkir bus di pojok aloon-aloon kraton
Jogja. Tempat sholat tersebut memanfaatkan sekeliling empernya bekas
kandang macan dengan ukuran ± 4x4 m2 yang jeruji besinya sebesar jempol
kaki dengan pintu yang tergembok besar. Sedang di dalam kandang
ditempati tiga ekor kucing yang terlelap tidur dan onggokan barang
rongsokan serta debu yang tebal melekat di lantai. Terenyuh rasanya
sebagai umat Islam, menggunakan sarana menghadap Allah SWT yang begitu
tidak layak.
Kaliurang
Puncaknya wisata ke Kaliurang yang berada di kaki gunung Merapi, tapi
udaranya tidak begitu dingin. Fasilitas yang ada antara lain kereta
kelinci, arena bermain anak-anak dan sepeda air.
Untuk melihat air terjun harus berjalan masuk dengan
jalan menanjak. Selama perjalanan menuju air terjun banyak dijumpai
kera-kera yang bergelantungan dipohon seakan-akan menyapa pengunjung
yang datang. Sebenarnya bukan air terjun, hanya air mengalir melalui
tebing saja dan airnya hanya sedikit sekali.
Di lokasi itu ada jasa pelukis kilat (bukan foto kilat), jadi
pengunjung bisa memesan lukisan diri dalam waktu lima belas menit jadi.
Sambil memandangi keindahan alam sekitar dan ditemani monyet-monyet,
peminat berdiri kaku untuk digambar.
Setelah dari Kaliurang ± jam 17.00 wib melanjutkan perjalanan ke
toko oleh-oleh bakpia pathok kemudian ke rumah makan di sekitar
Prambanan. Selesai melaksanakan sholat dan makan rombongan bersiap-siap
pulang pada jam 19.00 wib
Semua lokasi wisata telah dikunjungi sesuai rencana, semuanya
berjalan lancar dan kepuasan nampak terlihat. Secara umum tidak ada yang
kecewa, ini terlihat tidak adanya kasak-kusuk dan rasan-rasan diantara
peserta, dan Alhamdulillah selamat sampai di Bojonegoro jam 00.30 wib.
17’12’07
060073000 |